Celana Chino: Evolusi Gaya dari Medan Perang Dan Jalanan Kota Jakarta, 22 April 2025 – Celana chino saat ini identik dengan gaya kasual yang rapi dan fleksibel. Mulai dari outfit kuliah, kerja, hingga jalan santai, chino adalah pilihan aman dan stylish. Tapi siapa sangka, celana ini dulunya justru dirancang untuk keperluan militer. Artikel ini akan membedah perjalanan panjang celana chino dari medan perang hingga jadi ikon gaya anak kota masa kini.
Asal-Usul Celana Chino: Dari Gaya Militer untuk Mobilitas Tinggi
Diciptakan untuk Efisiensi dan Kamuflase
Chino lahir pada pertengahan abad ke-19 sebagai bagian dari seragam militer Inggris dan Prancis. Mereka membutuhkan celana yang ringan, tahan lama, dan tidak mencolok. Maka dipilihlah kain katun twill berwarna khaki yang memudahkan gerakan dan membantu menyamarkan posisi tentara di medan tempur.
Nama “Chino” Bukan Sekadar Istilah Tren
Istilah “chino” sendiri berasal dari bahasa Spanyol yang berarti “China”, karena pada masa itu bahan kainnya banyak diimpor dari Tiongkok. Istilah ini makin populer saat tentara Amerika menggunakan celana sejenis saat Perang Spanyol-Amerika di Filipina. Warga lokal menyebut celana itu sebagai pantalones chinos—dan nama itu melekat hingga kini.
Muncul di Gaya Perkotaan: Dari Kampus Hingga Dunia Korporat
Chino Dibawa Pulang oleh Para Veteran Perang
Usai Perang Dunia II, banyak veteran Amerika membawa pulang celana chino ke kampung halaman. Karena bahannya adem, tidak terlalu formal, dan tidak terlalu santai, chino cepat diterima sebagai alternatif celana kasual pria, terutama oleh kalangan mahasiswa dan pekerja kantoran muda.
H3: Favorit Gaya Ivy League di Tahun 1950-an
Di era 1950-an, chino menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya Ivy League, bersanding dengan blazer, loafers, dan kemeja oxford. Chino tampil sebagai item fashion yang netral tapi tetap berkelas—sesuai karakter pria intelektual dan modern pada masa itu.
Transformasi Gaya Chino di Era Modern
Potongan Lebih Slim, Warna Lebih Berani
Kini, celana chino tidak lagi terpaku pada warna khaki. Warna navy, olive, maroon, hingga krem muda mendominasi streetwear dan kantor-kantor startup. Potongannya pun makin bervariasi: dari regular fit, slim fit, hingga tapered yang mempertegas siluet kaki namun tetap nyaman.
Bisa Kasual, Bisa Semi-Formal
Celana chino menjadi jawaban untuk gaya yang tidak kaku. Cukup dipadukan dengan kaos polos dan sneakers untuk tampilan santai, atau kemeja putih dan sepatu kulit untuk semi-formal. Inilah alasan kenapa chino tak pernah absen di lemari pria urban masa kini.
Perbedaan Chino vs Khaki: Jangan Sampai Keliru
Chino Adalah Jenis, Khaki Adalah Warna
Masih banyak yang mengira chino dan khaki itu sama. Padahal, perbedaannya terletak pada:
- Chino: Merujuk pada jenis celana berbahan katun twill ringan, dengan potongan ramping, saku serong, dan warna beragam.
- Khaki: Sebuah warna (kecoklatan) yang dulu digunakan pada seragam militer. Jadi, celana khaki bisa saja berbentuk chino, tapi tidak semua chino berwarna khaki.
Gaya Chino di Dunia Fashion Saat Ini
Disukai Desainer, Digemari Influencer
Banyak brand lokal dan internasional mulai mengeksplorasi celana chino dalam koleksi mereka. Bahkan desainer global seperti Ralph Lauren dan Uniqlo menjadikan chino sebagai bagian dari lini “everyday essentials”. Di Indonesia, celana chino jadi favorit anak muda—baik cowok maupun cewek—karena tampilannya yang versatile dan enak dipakai seharian.
Celana yang Lahir dari Perang, Kini Jadi Simbol Urban Elegan
Celana adalah contoh sempurna bagaimana pakaian fungsional bisa berubah menjadi item fashion global. Dari strategi militer di abad ke-19 hingga runway fashion modern, membuktikan dirinya sebagai simbol kesederhanaan yang elegan dan relevan di segala zaman.